Kenapa Nastar Jarang Pakai Cengkih Padahal Harum dan Klasik
3 mins read

Kenapa Nastar Jarang Pakai Cengkih Padahal Harum dan Klasik

Hai sobat kuliner! Kalau kamu pernah memperhatikan kue nastar zaman dulu, pasti tahu kalau di atasnya sering ada satu bunga cengkih kecil yang menusuk bagian tengah kue. Namun, belakangan ini, nastar modern yang beredar di pasaran jarang sekali menggunakan cengkih. Kenapa bisa begitu, ya? Yuk, kita bahas bareng-bareng biar tahu alasannya.

Sejarah dan Resep Nastar Tradisional

Sejarah dan Resep Nastar Tradisional

Kalau menilik sejarahnya, resep nastar tradisional pertama kali muncul di Indonesia pada masa kolonial Belanda. Nama “nastar” sendiri berasal dari kata Belanda ananas taartje, yang berarti kue tart nanas. Dalam resep tradisional, cengkih menjadi elemen penting karena menambah aroma khas dan membantu menjaga keawetan kue.

Namun, seiring perkembangan zaman, kebiasaan menambahkan cengkih mulai di tinggalkan. Banyak orang menganggap cengkih terlalu kuat aromanya dan bisa menutupi rasa manis segar dari selai nanas. Padahal, kalau di padukan dengan proporsi yang pas, aroma cengkih justru bisa memberikan karakter unik pada kue.

Menariknya, ada beberapa pembuat kue rumahan yang tetap mempertahankan versi klasik ini. Mereka percaya bahwa menaruh cengkih di atas nastar bukan hanya soal rasa, tapi juga simbol keanggunan dan tradisi yang tak lekang waktu, sama seperti kelezatan udang keju yang tetap di gemari karena cita rasanya yang khas.

Aroma Khas Cengkih dan Selera Masa Kini

Aroma Khas Cengkih dan Selera Masa Kini

Aroma kuat dari cengkih sering jadi alasan utama kenapa banyak pembuat kue menghindarinya. Selain itu, sebagian besar masyarakat kini lebih menyukai aroma butter yang lembut dan manis, yang di anggap lebih cocok dengan gaya nastar modern.

Nastar modern biasanya fokus pada tekstur dan rasa isian. Selai nanas dibuat lebih lembut dan legit, sementara adonannya dibuat renyah tapi tetap lumer di mulut. Penggunaan cengkih dianggap mengganggu keseimbangan rasa itu. Bahkan, beberapa resep terbaru menambahkan keju atau cokelat untuk menyesuaikan dengan lidah kekinian.

READ  Truk Terguling di Cilacap Bikin Arus Lalu Lintas Tersendat

Meski begitu, masih ada kalangan yang rindu dengan aroma lawas yang khas. Bagi mereka, cengkih membawa nostalgia masa kecil saat kue nastar buatan nenek tersaji di meja tamu saat Lebaran.

Kenapa Jarang Nastar Pakai Cengkih Sekarang

Alasan utama kenapa jarang nastar pakai cengkih adalah pergeseran selera dan estetika. Dari segi tampilan, cengkih di atas nastar sering dianggap membuat kue tampak “jadul” atau kurang rapi. Produsen kue modern memilih tampilan polos dan mengilap, bahkan beberapa menambahkan glaze agar terlihat lebih mewah.

Selain itu, cengkih yang ditancapkan di atas kue bisa menimbulkan rasa pahit jika terlalu lama dipanggang. Inilah yang membuat para pembuat kue profesional lebih memilih menghilangkannya dari resep. Padahal, kalau dipanggang dengan waktu dan suhu yang pas, cengkih bisa tetap memberikan aroma yang lembut tanpa rasa getir.

Namun, bukan berarti nastar dengan cengkih sudah hilang. Di beberapa toko roti klasik, masih ada yang menjual versi tradisional ini. Bahkan, mereka menyebutnya sebagai “nastar nostalgia” yang membawa kenangan masa lalu. Nah, kalau kamu suka eksperimen rasa, coba padukan nastar klasik ini dengan camilan gurih seperti cilok biar sensasi rasanya makin seru.

Kesimpulan

Dari perjalanan panjangnya, kita bisa lihat kalau nastar dan cengkih punya hubungan yang kuat dengan sejarah kuliner Indonesia. Perubahan selera membuat nastar modern lebih disukai, tapi nilai tradisi dalam resep nastar tradisional tetap menarik untuk dilestarikan.

Jadi, meskipun cengkih jarang muncul di atas nastar masa kini, aromanya yang khas tetap melekat dalam ingatan. Siapa tahu, suatu hari tren kue klasik akan kembali, dan cengkih akan kembali jadi bintang utama di atas nastar kesayangan kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *